Sabtu, 15 Oktober 2011

Asyiknya Menangkap Cahaya dengan Sebuah Lubang Kecil (Catatan Kecil Workshop KLJ KOFFI STFB bekerjasama dengan KLJI Bandung)


"Tak ada rotan akar pun jadi..."

Pepatah di atas sangatlah cocok untuk menggambarkan apa yang kami lakukan pada hari ini. Bersama dengan KLJI Bandung (Pinhole Bandung....sarua2 wae sih, ngan beda bahasa ibu wkwkwkwk) yang digawangi Mang Deni Sugandi, dkk., kami para kru KOFFI mencoba untuk menyelami mengenai uniknya apa itu Fotografi Alternatif.
kang Deni, dkk sedang memberikan pengarahan


Esensi yang kami pelajari adalah mengenai Kamera Lubang Jarum, namun dikemas secara apik dalam kerangka Fotografi Alternatif. Di sini bersama Mang Deni Sugandi dan kawan-kawan dri Pinhole Bandung, KOFFI diajarkan bagaimana cara menggunakan kembali material sampah yang tidak layak pakai menjadi sesuatu yang bernilai, bahkan bisa jadi 'tidak bernilai sama sekali' (alias mahal pisan ... :)). Material yang digunakan adalah Tetrapak bekas ukuran 500ml untuk dijadikan sebuah kamera lubang jarum. Mungkin bagi kebanyakan orang awam hal ini terkesan "Naon sih kalian meuni CEUYAH..rempong cyinn...", dan mungkin juga bisa dibilang 'kurang kerjaan'...mun basa sundanese na mah 'eweuh gawe'....tapi, jangan salah...dari sebuah ide yang kreatif dan inovatif plus niat en komitmen, segala sesuatu yang bisa dibilang tidak masuk di akal skarang 'bisa masuk akal'. Memang...pemikiran 'tidak masuk akal' itu bisa terbaca dari ekspresi temen2 KOFFI, terutama dari angkatan ngora yang masih awam mengenai KLJ. Namun hal tersebut sedikit demi sedikit seiring berjalannya waktu menjadi pudar ketika Workshop berlangsung. Di sela2 perakitan kamera, Mang Deni dibantu kawan2 Pinhole Bandung dan Angkatan Kolot KOFFI membimbing teman2 KOFFI yang lain dengan sabar seraya dibumbui dengan candaan khas yang membuat Workshop kali ini terkesan mengasyikkan.

Setelah perakitan kamera dari masing2 individu telah rampung, kegiatan selanjutnya adalah proses exposure....kertas film negatif  jadi media untuk menangkap cahaya. sebelum proses ekspose, Kertas Negatif harus dimasukkan ke dalam kamera rakitan...dan proses tersebut mesti dilakukan di ruang gelap (darkroom). Tanya kenapa...sebab kertas ini sangat sensitif terhadap cahaya matahari...kertas ini hanya bertahan pada cahaya berenergi rendah, seperti lampu tungsten berwarna merah nan remang-remang (dramatis pisan..:)).
selesai nge-ekspose

Peluru sudah terpasang, tinggal selanjutnya proses menembak. dan menembak harus tau en mengerti target yang ingin ditembak seperti apa, serta karakter dari senjata yang kita pakai. Kamera lubang jarum cocok untuk menembak target yakni objek yang tidak bergerak..ato yang minim gerakan. Teknisnya, kertas foto dilipat 2, masukin ke kamera, biar 2 kali ngekspos. itung2 hemat, bro. Saat proses exposure, banyak temen2 koffi mengambil objek mobil2 yang diparkir di halaman depan kampus, ada yang keluar kampus memotret jalan raya, ada yang memotret bangunan kampus, bahkan sebagian ada yang bingung kepingin motret apa.. Namun KOFFI tidak kehabisan akal. Fajar sang ketua KOFFI merelakan motor tuanya, yaitu CB100 warna merah untuk dijadikan sasaran tembak bagi sebagian temen2 yang kebingungan mencari objek untuk di-ekspose. Cahaya hari ini terang benderang. Untuk expose pake KLJ pas cuaca tsb. dirasa cukup. Sekitar 4-5 detik cukuplah, saur Mang Deni kepada temen2 partisipan.

Setelah proses expose, tiba saatnya ke 'Momen of Truth', yakni proses pencucian. Proses ini bisa dibilang momen H2C, harap2 cemas (lain Hayu2 Cicing nya...eta mah beda :)). Partisipan setelah proses expose diarahkan ke darkroom untuk melakukan proses pencucian. Di dalam darkroom sudah tersedia 3 jenis cairan kimia, yakni Developer, Stop Bath, dan Fixer. Kertas hasil exposure tdi dikeluarkan dari kamera lalu dicelupkan ke dalam cairan secara berurutan mulai dari Developer, Stop Bath lalu kemudian Fixer. Proses pencucian berlangsung kurang lebih sekitar 2-3 menit. Setelah dicuci, kertas yang sudah terlihat objek langsung dijemur. Sambil dijemur, teman2 partisipan mengamati hasil karyanya masing2 dan di situ banyak ekspresi yang campur aduk terlihat. ada yang biasa saja menanggapi hasil karyanya, ada yang bingung, kecewa karna gambar yg dihasilkan 'ko ieu teh hideung total...naha nya??' ada yang senang sekaligus terheran2 dengan hasil gambarnya yang unik...meureun di jero hatena nanya ka dirinya sendiri, 'ieu mobil ujug2 jadi cembung gini....naha nya??' Memang mencoba sesuatu hal yang baru kita sering dihadapkan pada kebingungan dan keterheranan yang tertuang dalam pertanyaan2 kita terhadap hasil yang diperoleh. Untuk itulah, proses evaluasi sangatlah penting untuk menjawab dan meluruskan segala kebingungan yang ada, agar didapat suatu kesimpulan yang pas dan bisa diterima oleh akal sehat.
hasilnya ada beberapa yang gagal

Selama proses evaluasi, temen2 partisipan banyak terbantukan dengan penjelasan langsung dari Mang Deni terhadap hasil karya yang telah dibuat. Banyak pertanyaan yang berputar2 dalam otak mereka yang tergambar jelas pada wajah bingung partisipan seolah-olah hilang dan menjadi suatu keterpahaman ketika mendengar penjelasan langsung dari sang ahli. "Kenapa gambar kamu hitam, karena kamu terlalu lama membiarkan lubang jarumnya dibuka, jadi over eksposure...ato bisa jadi kamera kamu 'bocor', jadi ada cahaya yang masuk ke ruang gelap kamera kamu....mungkin juga kamu pas motret kamunya lagi galau, pan motret make lubang jarum mah kudu make mata hati en kudu berkomunikasi dgan kamera kamu, dan bla bla bla dst...", begitulah gaya Mang Deni ketika memberi pemahaman kepada teman KOFFI..tak lupa dibumbui dengan gurauan khas-nya yang enak didengar.... Inti dari kamera lubang jarum adalah bahwa memotret harus ada ruang gelap dan ada cukup space untuk menaruh media penangkap cahaya.
kang Deni sedang memberikan pengarahan karena hasil fotonya ada yang sebagian gagal

Hari ini KOFFI belajar banyak hal selain Kamera Lubang Jarum. 
KOFFI diajar tentang bagaimana cara kita merawat dan menyelamatkan bumi dari isu Global Warming yang saat ini tengah marak diperbincangkan, dalam kerangka Fotografi Alternatif...memanfaatkan kembali (Re-use) limbah masyarakat untuk dibuat sebuah karya yang sungguh luar biasa.
KOFFI diajarkan tentang kesederhanaan dalam fotografi...bahwa tak selamanya fotografi itu identik dengan kemewahan, barang mahal...dalam sebuah kesederhanaan pun bisa lahir sesuatu hal yang unik dan menarik, karya seni yang enak dipandang mata.
KOFFI diajarkan untuk memahami serta menghargai sejarah fotografi...mengutip apa yang dikatakan Bapak Proklamator kita, Ir. Soekarno, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah...(JAS MERAH)."
KOFFI juga diajarkan untuk mandiri...berdiri di atas kaki sendiri...
 
beberapa foto yang lumayan berhasil


 (Thanks to: Tuhan YME atas bimbingan dan penyertaan-Mu sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar, keluarga en Kakak/Adik kami, Mang Deni Sugandi, Mang Ahmad Afgan, Mang Agus Oo, Mang Roni Syahron, Desri 'Blackhole UPI', Bpk. Slamet, Bpk. Fauzan Zein, Aduy MasBro, Fajar, eL, Astri, Jefri, Gian, Aims, Chacha, Dey, Keke, Dhedhew, Gita, Billy, Topan Ji-Shung, Mega, Abah, semua temen2 KOFFI angkatan ke-3, Babeh N-Koes, Babeh Rolies, dll.... terima kasih utk sumbangsihnya sehingga kegiatan ini dapat berjalan lancar :))